Banyak hal yang melatari mengapa kita harus memilih teman sahabat, mungkin karena kecerdasannya, etika dan perilakunya, harta ataupun jabatannya atau keilmuan dan kebangsaannya. Tapi tidak ada pertemanan yang lebih kuat ikatannya dari itu semua, selain pertemanan yang diikat dengan aqidah. Dalam ikatan aqidah, semua sekat pemisah akan terurai, sebab dinding dunia dan akhirat menjadi dekat terasa.
Lebih special lagi pertemanan itu, jika ia hadir atas dasar nama Allah, Cinta karenaNya dan bencipun KarenaNya. Inilah yang digambarkan Rasulullah dalam sebuah sabda CintaNya “Ikatan Iman yang paling kuat adalah kamu saling mencintai karena Allah dan membenci juga karena Allah azza wa Jalla”
Dalam berteman, juga harus ada keseimbangan antara memberi dan menerima. Kita tidak cukup hanya berperan sebagai pemberi tanpa menerima, atau hanya sebgai penerima tanpa memberi. Dan persoalan ini tentu menyangkut aspek yang sangat luas, termasuk berbagi kegembiraan dan kesedihan. Teman yang baik adalah teman yang tidak pernah mengingat-ingat kebaikannya kepada orang lain, namun akan senantiasa mengingat kebaikan-kebaikan orang lain berikan kepada dirinya. Sehingga dia bisa memberi dengan rasa yang tulus dan menrima dengan rasa penuh terima kasih.
Ulurkanlah tangan ketika mereka memerlukan bantuan, hiburlah mereka ketika mereka bersedih, dengarkanlah ketika mereka mencurahkan isi hatinya, temanilah ketika mereka mengalami masa-masa yang sulit, doronglah semangatnya untuk tetap memiliki obsesi hidup jika mereka sedang dalam situasi sulit dan tertekan. dan masa inilah keberadaan seorang teman diadu, apakah dia akan tetap setia bersama atau tidak....Teringat lagu Om Roma “Mencari teman memang mudah ‘Pabila untuk teman suka, Mencari teman tidak mudah ‘Pabila untuk teman duka”.
Janganlah kita termasuk dari kebanyakan dari mereka yang suka membebani temannya, sehingga ia dijauhi, lalu ia sibuk mencaci maki orang-orang yang pernah bersahabat dengannya. Merajuklah dalam sabda Rasul “wa khaliqinnas bikhuluqin hasan” sehingga dalam berteman bisa saling mengisi dan menjaga sikap dan saling kasih mengasihi bukan untuk saling menyandera.
Jadilah teman dekat yang mampu memelihara orang lain dari ketersanderaan karena lidah, karena perbuatan, atau karena perilaku, agar Allah Azza wa Jallah senantiasa menjaga pertemanan kita hingga kelak di hari akhirat.