Jiwa kita tidak mudah melakukan kebaikan dengan sukarela, melainkan setelah ditempa dengan latihan dan pembinaan serta pembiasaan. Satu tahap demi satu tahap harus kita lakukan. Sampai kita merasakan ketaatan itu ringan dilakukan. Inilah sebab kebiasaan baik itu, yang terus berusaha mencari celah memperbaiki kondisi dirinya, dengan memaksa melenturkan hati dan jiwanya yang keras.
Mungkin Rasa syukur itu terus mengalir, tetesan aksara tahmid terus membasahi lidah yang akan memberi kesejukan pada hatinya….yach ucapkanlah Alhamdulillah , bila kita memiliki kebiasaan tertentu dalam ketaatan. Bersyukurlah kepada Allah, bila kita sudah merasakan situasi yang kurang nyaman bila ketaatan itu kita tinggalkan. Merasa berat justru tatkala sedikit melakukan amal shalih. Merasa tak tenang justru saat berjarak dengan kebaikan.. dan yang pasti, selain dari rahmat Allah Azza wa Jallah, semua itu tidak kita miliki setelah kita memaksakan diri untuk melakukannya pada awalnya, dari waktu yang tidak sebentar... dan mungkin itulah aplikasi dari hati yang taat, dari sebuah qalam Ilahi"…tidaklah Aku merubah nasib seseorang melainkan dia yang merubahnya nasibnya sendiri….." Orang-orang shalih bahkan berpikir kreatif untuk membiasakan prilaku baik untuk orang disekitarnya. Mungkin itulah yang dilakukan oleh anak pengembala itu, saat anak sebayanya bisu dari kata ‘aamiin’ dimasjid, saat panggilan adzan, bagaikan nyanyian sunyi dari keramaian anak-anak sebayanya, Pengembala itu dengan pakaiannya yang lesu dari debu-debu daki, dengan membawa ember dan jirgen putihnya, melangkah menuju sebuah masjid tanpa menara (dimasjid inilah orang2 mengambil air untuk keperluan masak dan mencuci),,,namun tak sedikit langkah anak itu dihiasi dengan cemohan dan cibiran dari anak sebayanya…Si pengembala sempat putus asa, namun ide kreatif itulah yang ia pake untuk menghindari cemohan “Sok alim” dan dari cibiran “mau dikata” itu….dengan ember dan jirgen itulah yang membuatnya ia bertahan untuk bisa ikut meramaikan sela shaf-shaf yang kosong….itulah yang dilakukan seorang pengembala untuk bertahan dalam kebaikan, membiasakan hatinya bertaut dengan masjid.
Itulah kebaikan yang dilakukan secara berulang-ulang, namun ada pertanyaan lain yang penting kita renungkan, berapa banyak yang kita lewati secara berulang-ulang tanpa ketaatan dan kebaikan…???? Mungkin kita cuman bisa tersenyum dan tersenyum manis sebagai jawabannya……marilah kita berbenah diri, memperbaiki kesalahan masa lalu,…untuk terus menjadi manusia bermanfaat dan mulia di Mata Allah….